Today, Love is Begin
Main cast : Kim So Eun & Kim Sang Beom
Other Cast : Jung Il Woo, Kim Woo Bin, Shin Ni Rin, Lee Bo Young, Kang Hye Rim. Mungkin akan ada cast lain yang muncul.
Genre : Romance Comedy
Disclaimer: Semua cerita, karakter, setting, alur, dll adalah milik dari masing-masing author. Author sama sekali tidak terkait dengan pemilik, pencipta, atau produsen dari setiap media apapun. Tidak ada pelanggaran hak cipta dimaksudkan. Untuk tokoh Kim Bum, Kim So Eun, dan artis lainnya, bukan milik author, tapi milik Tuhan, orang tua, keluarga, dan agensi mereka. Author memakai mereka hanya untuk keperluan cerita.
Dilarang meng-copy paste tanpa seijin pemilik cerita !
PART 17 (END)
Duh part ini bakal full of happiness, maafkan jika ceritanya membosankan ya
“Bum-ah….” panggil so eun. Kim bum kembali menoleh. “Aku….aku saaaaangaaaaaat menyukai ibumu. Saaaaangaaaaat !” Ujar so eun.
“Huh?” Tanya kim bum.
“Hari ini aku sangat senang bisa bicara banyak dengan ibumu. Sungguh !” Ujarnya dengan mata yang berbinar-binar. “Meskipun hanya hal kecil, tapi dia dengan senang hati mendengarkanku. Dia menyenangkan dan juga benar-benar ramah.” Jelasnya. “Oleh karena itu, mari pergi bersama lagi ke Daegu lain kali !” Ajak so eun. “Ne?” Tanyanya. Bukannya menjawab, kim bum malah menatap so eun dengan aneh.
“Apa yang baru saja terjadi padamu?” Tanya kim bum. Lalu kim bum menopang dagunya dengan tangannya. Melihat reaksi kim bum yang seperti itu membuat so eun ciut. Ia sudah menggebu-gebu dan bersemangat menceritakannya kepada kim bum, tapi kim bum malah bertanya apa yang telah terjadi padanya. So eun pun hanya bisa diam saja. Terjadi keheningan beberapa menit di antara mereka. Menyadari so eun tak bicara lagi, kim bum pun memutar bola matanya dan melirik so eun. Ia melihat so eun tengah menunduk seraya memain-mainkan jari tangannya. Tiba-tiba kim bum mengangkat tangannya secara perlahan dan memegang rambut so eun. So eun menoleh.
“Seharusnya kau pergi untuk mengeringkan rambutmu !” Ujar kim bum.
“A..ah….ne….tadi aku berniat mengeringkan rambutku nanti setelah aku menemuimu.” Balas so eun. Entah kenapa jantungnya berdegup sangat cepat saat kim bum memegang beberapa helaian rambutnya itu.
“Heh…..” kim bum menyunggingkan senyumnya lalu menatap tepat ke mata so eun. Perlahan ia juga melepaskan tangannya yang memegang rambut so eun. Perasaan so eun semakin tak karuan saja di saat kim bum secara perlahan mendekatkan wajahnya pada wajahnya yang sudah benar-benar memerah. So eun langsung saja menutup matanya.
-today love is begin-
Kim bum semakin mendekat, ia menatap bibir so eun yang mungil itu. Bibir kim bum semakin dekat, dekat, dan hidung mereka sudah bersentuhan.
3 cm
2 cm
“So Eunnie……” Panggil Soo Jin yang sukses membuat kim bum dan so eun menjauhkan wajah mereka. Di depan pintu sana, sudah ada soo jin yang menatap mereka seraya melipat kedua lengannya di dada. Ya benar, soo jin melihat detik-detik dimana mereka hendak berciuman. So eun langsung saja mengambil jarak beberapa cm dari kim bum. Ia duduk agak berjauhan dengan Kim bum kini. Wajahnya sudah pasti merah padam. Sementara kim bum terlihat kesal pada kakaknya yang datang tiba-tiba. Membuat jati dirinya terbongkar juga.
“so eunnie, bukannya kau mau meminjam pembersih dan krim pelembab wajah huh?” Tanya soo jin seraya mengangkat dan menunjukkan kedua benda itu. Entah kenapa, nada di setiap perkataan soo jin terlihat ada tekanan.
“A…Ah….ya eonni.” So eun langsung berdiri dengan wajah yang masih memerah.
“jika kau tidak cepat-cepat, wajahmu akan segera kering so eunnie.” Ujar soo jin.
“A….iya…..terimakasih eonni.” So eun langsung mengambil pembersih dan krim pelembab wajah itu dari tangan soo jin.
“Ahahaha….maaf, ternyata aku datang pada situasi yang kurang tepat.” Soo jin tertawa sarkastik. So eun semakin merasa malu saja dengan apa yang dikatakan soo jin barusan.
“A..aku akan segera memakainya.” Ujar so eun lalu cepat-cepat keluar dari kamar kim bum. Kini hanya tinggal soo jin dan kim bum saja. Soo jin berjalan mendekat ke arah kim bum dan menekan kedua pipi kim bum dengan tangannya.
“Hey….perhatikanlah waktu dan tempat yang tepat dasar bocah bodoh !” ternyata soo jin sedikit marah. “melihat adikku melakukan hal seperti tadi terasa lebih menggelikan dari pada aku menonton film dewasa.”lanjutnya lalu ia pun pergi ke luar menyusul so eun.
Kim bum memasang wajah kesalnya lalu berdecak sebal. Ia pun menjatuhkan tubuhnya ke kasur dan menghela nafas beratnya.
“Menyebalkan.”
-today love is begin-
Kim bum terbangun dari tidurnya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Merasa tenggorokannya tidak enak, Ia pun bangkit dari tidurnya dan pergi ke dapur untuk mengambil minum. Suasana rumah masih sepi dan gelap karena lampu-lampu belum di nyalakan. Kim bum tiba di dapur dan membuka pintu lemari es. Ia mengambil botol air mineral lalu meneguknya. Sejenak ia diam seraya menyenderkan tubuhnya pada lemari es itu.
Tiba-tiba lampu dapur menyala, kim bum kaget melihat siapa yang datang.
“Eo…kim bummie.” Kaget ibunya yang mendapati kim bum juga ada di dapur.
“Ah…” kim bum menegakkan tubuhnya. Terlihat sang ibu mengurut pundaknya.
“Aaah jinjjaaa, aku menyerah ! Kepalaku benar-benar terasa berat.” Gerutu ibunya.
“Aku butuh air, air….” ujarnya lalu berjalan untuk mengambil gelas yang berada di lemari tempat penyimpanan perabot dapur.
“Ini !” Tiba-tiba kim bum mengasongkan sebotol air mineral kepada sang ibu. Ibunya tampak kaget mendapati kim bum menawarkan air minum padanya. Ia pun menerimanya.
“Gomawo.” Ujar ibunya.
Ibunya kim bum pun lalu duduk di kursi dan meminum air itu.
“Kemarin malam aku minum terlalu banyak.” Ujarnya terlebih pada diri sendiri. Kim bum yang merasa tidak ada keperluan lagi di dapur, memilih untuk pergi dari sana.
“Bummie.” Panggil sang ibu. Kim bum menghentikan langkahnya dan menoleh.
Kini mereka berdua sedang berada di teras belakang rumah, sama-sama berdiri menghadap ke arah pemandangan yang belum terlihat karena masih gelap. Namun hanya segelintir lampu yang menyala yang menghiasi pemandangan itu.
“Ternyata, kim bummie telah mendapatkan kekasih yang sangat baik. Hal yang tak terduga darimu.” Ujar ibunya. Kim bum yang berdiri di sampingnya dengan jarak cukup jauh hanya bisa menghela nafas mendengar ucapan ibunya.
“Sebenarnya bukan aku yang mendapatkannya, tapi akulah yang sudah tertangkap olehnya.” Balas kim bum.
“Eo jeongmal?” Tanya ibunya. “Woaaa jadi cinta kalian berdua semacam vacum cleaner dan debu, huh? So eunnie adalah vacum cleaner yang telah berhasil mendapatkanmu dengan cara menyedot debunya yaitu kau kekekek, daebaaak !” Ia mencoba untuk mencairkan suasana dan mencoba melirik kim bum. Sementara kim bum sendiri merasa tidak nyaman dengan perumpamaan ibunya yang aneh itu.
“Apanya yang ‘daebak’?” Balas kim bum tanpa menatap sedikit pun kepada ibunya.
Sang ibu menghela nafas. “Yeah, aku hanya bercanda.” Ujarnya. “Perlakukanlah dia dengan baik, oke?” Nasehat ibunya. Kim bum diam seraya merenungi nasehat ibunya itu.
“Ngomong-ngomong, bagaimana dengan ayahmu?” Tanya ibunya.
“Seperti biasa, dia bekerja tanpa henti.” Jawab kim bum.
“Ahaha aku mengerti, masih pekerja keras ternyata.” Balas ibunya.
Selama beberapa menit terjadi keheningan di antara mereka. Tak terpikirkan lagi apa yang akan ditanyakan oleh ibunya kim bum kepada anaknya itu. Ia merasa tidak nyaman dengan suasana canggung seperti ini. Dalam hati ia ingin sekali mengatakan jika ‘Aku sangat menyayangimu, bolehkah aku memelukmu?’ Namun keinginannya itu ia tepis melihat kondisi dimana mereka berdua sama-sama masih kelihatan canggung satu sama lain.
“Aahhhh……” Dia merentangkan kedua tangannya dan mengangkatnya ke atas. “Setelah minum air putih dan menikmati sejuknya udara sepagi ini membuat kepalaku terasa lebih ringan.” Ujarnya. “Aku masih harus bekerja nanti pagi, jadi aku akan kembali tidur sebentar.” Lanjutnya. Kim bum masih diam.
Ibunya kim bum pun berjalan masuk ke dalam. Namun langkahnya terhenti dan kembali melihat kim bum yang masih diam seraya melihat pemandangan di depan. Ia sedikit menyunggingkan senyumnya meski hanya melihat punggung kim bum saja.
“Terimakasih karena sudah datang, kim bummie.” Ujar ibunya dengan senyum yang tambah lebar. Entah kenapa kim bum merasakan hatinya bergetar.
“Ketika kau sudah kembali ke Seoul, jangan lupa untuk tetap sehat, arasseo? Jangan sampai kau terkena demam. Jagalah kesehatanmu dengan baik, ne?” Nasehat ibunya itu. Getaran di hati kim bum semakin hebat saat sang ibu begitu memperhatikannya.
“Baiklah kalau begitu aku akan kembali tidur.” Ujarnya lalu hendak masuk ke dalam namun langkahnya kembali terhenti saat kim bum buka suara.
“Mulai sekarang…….aku akan mencoba untuk datang kesini lebih sering.” Ujarnya masih membelakangi sang ibu. Ibunya kim bum jelas merasa kaget dengan apa yang kim bum katakan. Ia tak menyangka kim bum akan mengatakan hal ini. Matanya mulai berair dan ia menitikan air matanya karena saking bahagia. Ia sangat senang kim bum akan lebih sering datang ke daegu menemuinya.
-today love is begin-
Tak terasa sudah dua hari so eun dan kim bum berada di Daegu. Kini saatnya mereka pulang kembali ke Seoul karena lusa mereka akan masuk sekolah seperti biasa. Mereka memilih untuk berangkat sore. Soo jin dan ibunya kim bum mengantar so eun dan kim bum sampai stasiun kereta api. Tak menunggu lama, pengumuman keberangkatan ke seoul sudah terdengar.
“Jangan lupa perlakukan so eunnie dengan baik !” ujar ibunya kim bum pada kim bum.
“Kau lebih memperhatikan dia dibanding anakmu sendiri.” Balas kim bum. So eun dan soo jin tersenyum mendengar perkataan kim bum.
“Baiklah, kau juga jangan lupa untuk menjaga kesehatanmu !” ujar ibunya. Kim bum mengangguk dan sedikit menyunggingkan senyumnya.
“So eunnie, kapan-kapan kau harus datang kemari lagi, oke?” pinta soo jin.
“Arasseo eonni.” So eun tersenyum.
“Yasudah cepat kalian segera naik kereta !” suruh ibunya kim bum.
“Kalau begitu aku pamit eommeonim, eonni….” So eun membungkukkan badannya.
“Aku pergi.” Ujar Kim bum. Ibunya dan soo jin mengangguk, lalu kim bum dan so eun pun segera masuk ke dalam kereta.
Sekitar 2 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di stasiun kereta seoul. Kim bum dan so eun berjalan keluar stasiun dan hendak menuju halte bus. So eun tertinggal cukup jauh di belakang kim bum, tampaknya ia lelah dengan perjalanan yang memakan waktu 2 jam itu terlebih semalam ia memang tidak tidur dengan nyenyak. Kim bum berbalik dan manatap so eun.
“Waeyo?” Tanya kim bum yang melihat so eun berjalan lemas dengan wajah di tekuk.
“Aku hanya sedikit lelah.” Jawab so eun. Kim bum pun berjalan mendekati so eun dan meraih tangannya. kim bum menggenggam tangan so eun.
“Kajja !” ujarnya. “Hmm.” Gumam so eun.
“Apakah sebaiknya kita istirahat dulu, hm?” tawar kim bum seraya sedikit menunduk melihat wajah so eun. So eun menggeleng.
“Perjalanan ke halte bus masih cukup jauh, kalau begitu kita naik taksi saja.” Ujar kim bum. So eun hanya mengangguk lemas.
Kim bum dan so eun sudah berada di dalam taksi. Perjalanan memakan waktu sekitar 30 untuk sampai ke rumahnya so eun. Kim bum melirik so eun yang sedang terkantuk-kantuk.
“Kau mengantuk?” Tanya kim bum.
“hmm…” So eun mengangguk lemas.
“Yasudah, tidur saja.” Ujar kim bum seraya memposisikan kepala so eun untuk menyandar di bahunya. So eun langsung memejamkan matanya.
“Aku akan membangunkanmu jika sudah sampai.” Ujar kim bum. So eun kembali mengangguk pelan dan kim bum mengusap-usap rambut so eun.
Akhirnya, setelah 30 menit berlalu, Kim bum dan so eun pun sudah berada di depan rumahnya so eun. Mereka berdiri saling berhadapan di depan pagar rumahnya so eun.
“Jeongmal gomawo, bum-ah.” Ujar so eun. “hari ini aku sangat merepotkanmu yah?” tanya so eun.
“Benar.” Balas kim bum. So eun mengerucutkan bibirnya.
“Bukankah kau lelah? Cepatlah masuk dan tidur !” suruh kim bum. So eun mengangguk.
“Kalau begitu aku pergi.” Pamit kim bum lalu berjalan meninggalkan so eun yang masih berdiri berniat untuk menyaksikan dirinya hingga tak lagi terlihat dari pandangan so eun. Namun baru juga beberapa meter berjalan, kim bum menghentikan langkahnya dan berbalik kembali menghampiri so eun. So eun memiringkan kepalanya dan menatap kim bum dengan bingung.
“Waeyo? Ada yang tertinggal?” tanya so eun polos. Tanpa berkata apa-apa kim bum memegang kedua pipi so eun lalu mengecup hangat kening so eun. So eun cukup kaget dengan tindakan kim bum yang tak ia sangka.
“Terimakasih.” Ujar kim bum. Terimakasih yang ia ucapkan untuk so eun karena sudah banyak membuat hidupnya berubah. Telah membuat dirinya mengenal rasa kasih sayang dan cinta, juga telah membuat dirinya kembali bertemu dengan sang ibu yang sebenarnya sangat ia rindukan. Hubungan antara dirinya dan sang ibu sudah kembali seperti normal setelah mengunjungi Daegu selama dua hari itu.
“Selamat malam.” Ujar kim bum seraya mengusap kepala so eun lalu ia pun kini benar-benar pergi. So eun menyunggingkan senyumnya menyadari perilaku kim bum yang sudah berubah drastis menjadi hangat itu.
-today love is begin-
Chungju Highschool
Hari pertama semester awal di kelas tiga sudah dimulai. Setelah semua siswa-siswi SMA Chungju mengikuti upacara sambutan semester awal, kini mereka sibuk mencari nama mereka di mading sekolah, termasuk so eun dan nirin.
“Eo….so eun-ah, aku satu kelas denganmu.” Ujar nirin seraya menunjuk nama dirinya dan juga nama so eun.
“Jeongmal? Huwaaaaaa….” So eun berteriak senang.
“Berlebihan sekali.” Tiba-tiba suara seseorang menyahut dari belakang. So eun dan nirin langsung menoleh.
“Kim bum-ssi.” sapa nirin.
“bum-ah, kau ada di kelas mana?” tanya so eun. kim bum menunjuk namanya dan ternyata mereka satu kelas.
“Waaa bagaimana bisa aku tak melihat namamu tadi? Kita satu kelas? OMO perjuanganku tidak sia-sia.” So eun senang sekali.
“Heeehh….aku peringatkan dari sekarang agar kau tetap fokus dengan belajar meskipun satu kelas dengaku. Ara?” Ujar kim bum seraya mengacak rambut so eun. So eun mengangguk mengerti.
“Tak hanya kau, aku, dan kim bum-ssi. Tapi kim woo bin-ssi, dan kedua temanmu yang selalu bersama itu juga satu kelas dengan kita.” Ujar nirin.
“Jeongmal?” tanya so eun. Nirin mengangguk. Tak lama dari itu datanglah woo bin menghampiri mereka.
“Annyeong….” Sapa woo bin canggung. Terlebih kepada kim bum yang juga satu kelas dengannya di kelas tiga ini. Mengingat kejadian beberapa waktu lalu yang terjadi antara dirinya, so eun, dan kim bum membuat woo bin merasa tidak enak.
“Annyeong woo bin-ssi.” sapa so eun. Woo bin tersenyum canggung.
“Oy….kita satu kelas ternyata.” Ujar kim bum.
“ah ya…aku harap aku bisa berteman lebih baik dengan kalian.” Ujar woo bin. Dan untuk pertama kalinya kim bum menyunggingkan senyum ramah pada woo bin, woo bin sendiri cukup kaget dan entah kenapa pipinya bersemu merah.
“So eun…………!!!” teriak bo young seraya berjalan menghampiri so eun bersama hye rim.
“bo young-ah, hye rim-ah…..” panggil so eun.
“Woooaaaa aku hanya bisa bertepuk tangan saja.” Ujar bo young. So eun mengerutkan keningnya tak mengerti.
Secara kebetulan aku dan hye rim bisa kembali satu kelas denganmu, juga dengan kim bum-ssi di kelas unggulan.” Jelas bo young.
“Yeah, kebetulan.” Timpal hye rim.
“Ah…bukankah untuk kelas tiga kali ini tidak ada perbedaan antara kelas unggulan dan kelas regular?” Woo bin menggaruk tengkuknya.
“Eh???” Semua serentak menatap woo bin dengan tidak percaya.
“Yang aku dengar seperti itu, jika memang kelas unggulan, aku tak akan mungkin satu kelas dengan kim bum-ssi hehe.” Woo bin kembali menggaruk tengkuknya.
“Ah jadi begitu.” Timpal nirin.
Setelah perbincangan itu, mereka pun masuk ke dalam kelas untuk membicarakan soal tempat duduk dan kepengurusan kelas.
-today love is begin-
1 tahun kemudian
Semua siswa-siswi SMA Chungju menghadiri pesta kelulusan yang diadakan oleh pihak sekolah di salah satu villa besar di dekat pantai Naksan, acara begitu ramai, apalagi acara puncak yaitu acara hiburan. Karena terlalu ramai dengan suara yang memekakan telinga, akhirnya kim bum pun keluar dan memilih menyendiri menghirup udara segar di bibir pantai. So eun yang baru saja selesai dari toilet bingung karena tak ada kim bum di tempat tadi mereka berkumpul bersama nirin, woo bin, hye rim, bo young, dan teman satu kelasnya yang lain.
“Nirin-ah, dimana kim bum?” tanya so eun.
“Ah…tadi aku melihatnya keluar.” Jawab nirin. So eun mengangguk lalu ia mencari kim bum hingga ia menemukannya di bibir pantai sedang menikmati angin malam.
“Bum-ah.” Panggil so eun. Orang yang dipanggil menoleh.
“Kenapa kau ada disini? Kenapa tidak di dalam bersama dengan yang lain?” Tanya so eun.
“Bukannya kau sudah tahu, aku tidak suka keramaian, terlalu banyak orang dan itu membuat kepalaku pusing.” Balas kim bum.
“Hmm.” So eun angguk-angguk lalu memilih berdiri di samping kim bum. Mereka sama-sama menghadap laut lepas sambil menikmati angin yang menerpa rambut mereka.
“Kau sendiri, kenapa ada diluar, hm?” Tanya kim bum.
“Aku? Tentu saja untuk menemuimu. Kau tidak ada bersama dengan teman-teman dan nirin memberitahuku jika kau pergi ke luar.” Jawab so eun. Kim bum mengangguk. Hening~ selama beberapa menit tak ada lagi obrolan di antara mereka. Hanya desiran ombak dan hembusan angin yang terdengar. Mereka sama-sama sedang menikmati pemandangan itu.
“Huaaaa anginnya terasa dingin sekali.” Ujar so eun seraya mengusap-usap lengannya, kim bum menoleh dan ia segera melepas jasnya dan memasangkannya di tubuh so eun. Belum ada juga obrolan yang dimulai kembali. Mereka sama-sama mengarahkan pandangan mereka ke arah laut lepas.
“Hey…..” tiba-tiba kim bum bersuara. So eun langsung menengadahkan kepalanya menatap kim bum yang masih asik memandang laut.
“Aku tahu kau tidak mungkin kuliah di Universitas yang favorit.” Ujar kim bum. So eun hendak protes tapi kim bum keburu melanjutkan kata-katanya.
“Jadi, selama kita kuliah di tempat yang berbeda. Jangan berani-beraninya kau dekat dengan pria lain !” Perintah kim bum. “Arasseo?” Tanya kim bum. Mendengar apa yang keluar dari mulut kim bum, so eun perlahan menyunggingkan senyumnya.
“Jika aku tahu kau sampai membohongiku, maka aku tidak akan segan-segan untuk melemparmu ke dasar laut !!!” Ujar kim bum lagi. Senyum so eun semakin mengembang. Ia mengerti maksud kim bum, bahwa kim bum tidak mau kehilangan dirinya. So eun sangat mengerti sekali meskipun perkataan kim bum tergolong begitu tidak biasa. So eun lalu menjinjitkan kakinya dan memeluk leher kim bum.
CUP~ So eun menempelkan bibirnya di bibir kim bum. Kim bum sedikit terkejut, tapi kemudian ia memejamkan matanya dan membalas ciuman so eun cukup dalam dengan kedua tangannya yang masih berada di dalam saku celana.
“Aku tidak akan berani mendekati pria lain, karena yang aku cintai hanyalah kim sang bum !” Ujar so eun setelah melepas ciumannya.
“Bukan begitu, hanya saja tidak akan ada pria lain yang meyukai dirimu selain aku.” Balas kim bum. So eun mengerucutkan bibirnya.
“Setelah beberapa waktu lalu sikapmu menjadi hangat, kenapa sekarang perkataanmu jadi seperti ini lagi, tajam.” Gerutu so eun.
“Oh begitukah?” tanya kim bum. So eun mengangguk.
“Kalau begitu kemari !” kim bum menyuruh so eun mendekat.
“eh?” so eun malah terlihat bingung. Kim bum mencondongkan tubuhnya untuk sejajar dengan tinggi so eun lalu mengecup bibir so eun.
“Tidak perlu perkataan yang diumbar-umbar ‘kau menyukaiku atau tidak, kau mencintaiku atau tidak’ untuk menggambarkan seberapa besar kau menyayangiku. Cukup hanya dengan perilaku saja bagaimana kau mengeskpresikannya.” Jelas kim bum. So eun mengedipkan matanya berkali-kali mendengar perkataan kim bum yang tidak biasa itu.
“wooaaaa….kau belajar dari mana untuk mengatakan ini? apakah kau banyak membaca buku tentang cinta?” ejek so eun seraya menahan tawanya.
“Yak….aku sudah susah payah memikirkan kata-kata itu !” kesal kim bum lalu mencubit kedua pipi so eun dengan gemas.
“Waaa mian…mian….jangan cubit pipiku !” Mohon so eun seraya berusaha melepaskan tangan kim bum dari pipinya.
“Heh….” Kim bum melepaskan tangannya dan kini menarik so eun ke dalam pelukannya.
“Aku kedinginan.” Ujar kim bum. Yeah mengingat angin pantai yang cukup kencang dan jas miliknya dipakai oleh so eun membuat kim bum merasa kedinginan juga. Namun dengan memeluk gadis mungil ini membuat tubuhnya sedikit menjadi hangat.
-today love is begin-
2 tahun kemudian
Kim bum baru saja selesai kuliah. Ya, ia kuliah di Korea University mengambil College of Health Science. Modal wajah tampan dan otak yang cerdas membuat ia dikagumi oleh beberapa mahasiswi yang berada satu jurusan dengannya bahkan satu fakultas dengannya. Tak hanya satu fakultas saja, bahkan ada beberapa mahasiswi dari fakultas lain yang juga mengagumi kim bum. Hal itu membuat kim bum sangat risih karena setiap dia selesai pada mata kuliah yang ia pelajari, banyak mahasiswi yang datang padanya dengan dalih bertanya soal tugas, atau bahkan yang lainnya.
Kim bum berjalan keluar kelas dengan tangan yang sibuk mengetik sesuatu pada ponselnya. Lalu ia menempelkan ponselnya di telinga.
“Yeoboseyo, il woo-ya.” Ujarnya di telpon. “Apa so eun sudah selesai dengan kelasnya? ponselnya tidak aktif.”
“Ah….so eun-ssi tadi bilang dia ingin pergi ke universtitasmu.” Jawab il woo.
“Ne?” ulang kim bum.
“sudah sekitar setengah jam yang lalu dia pergi.” Ujar il woo.
“oh baiklah kalau begitu.” Kim bum menutup sambungan telponnya.
Ya benar, il woo dan so eun kuliah di tempat yang sama bahkan berada pada satu jurusan mengambil kelas ekonomi di Chungju National University.
Kim bum pun mencoba menghubungi so eun kembali, namun belum sempat ia menempelkan ponselnya pada telinga, datanglah empat orang mahasiswi menghampiri kim bum.
“annyeong kim bum-ssi.” sapa mereka.
“ah ye.” Balas kim bum.
“besok ada kuis untuk mata kuliah biologi kesehatan kan?” tanya salah satu mahasiswi itu. kim bum mengangguk.
“jika kau tidak keberatan, bisakah kau mengajari kami? Kami berempat sebenarnya kurang faham dengan mata kuliah itu.” pintanya.
Kim bum tampak berfikir. “Ah…bagaimana ya, sekarang aku ada perlu.” Tolak kim bum halus. Ke empat mahasiswi itu tampak kecewa. Pada saat itu juga, kim bum menemukan sosok so eun yang tengah mengedarkan pandangannya kesana kemari seperti orang kebingungan.
“Mungkin lain kali aku bisa membantu kalian. Maaf, aku harus segera pergi.” Kim bum pun pergi meninggalkan mereka, ke empat mahasiswa itu kecewa bercampur kesal karena rencana mereka tidak berhasil.
“apa yang kau lakukan disini? Kenapa datang kemari?” tanya kim bum.
“omo…kau membuatku kaget.” So eun memegangi dadanya menyadari ada kim bum yang sudah berdiri di dekatnya.
“bagaimana jika ada pria disini yang macam-macam?” tanya kim bum.
“aku hanya sedang bosan karena tak ada lagi kegiatan di kampusku, jadinya aku datang kesini. Dan ini adalah pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Korea University. Woooaa keren !” so eun mengacungkan jempolnya di depan wajah kim bum. Kim bum berdecak lalu mengambil tangan so eun yang di depan wajahnya itu.
“Kajja kita pulang.” Kim bum menarik tangan so eun.
“bukankah kau ingin membeli sesuatu untuk soo jin eonni?” tanya so eun. Kim bum mengangguk.
“Wooaaaa….siapa perempuan itu?” tanya salah satu dari empat mahasiswi yang tadi menghampiri kim bum setelah ia melihat kim bum yang berbicara akrab kepada so eun tak jauh dari mereka.
“jadi kim bum-ssi sudah punya kekasih?” ujar yang lainnya kecewa.
“aku kira dia masih sendiri.”
“beruntung sekali yang menjadi kekasihnya itu…….”
“OMO ! Apa yang baru saja dilakukan kim bum-ssi?” Kaget mereka berempat yang tak sengaja melihat kim bum mencium so eun di tempat umum meskipun sedikit sepi.
So eun mengerucutkan bibirnya seraya memegangi pipinya yang habis dicium kim bum. “Apa yang kau lakukan akhir-akhir ini berbanding terbalik dengan apa yang kau katakan semasa SMA dulu. Kau bilang kau benci dengan hal-hal mengumbar kemesraan di depan umum, tapi nyatanya sekarang kau sendiri yang suka mengumbar kemesraan.” Ujar so eun.
“Waeyo? Aku berubah kau tidak suka?” balas kim bum.
So eun tersenyum malu. “akhir-akhir ini kau bahkan sering sekali menciumku, membuatku senang saja.” Wajah so eun merona merah.
“Selama kau masih milikku, tidak masalah kan aku melakukan apa yang aku mau terhadapmu?” balas kim bum. “melakukan hal yang sewajarnya.” Lanjut kim bum.
So eun terkekeh.
“Apa yang akan kau beli untuk soo jin eonni?” tanya so eun.
“entahlah, aku masih bingung. Aku belum pernah berpengalaman membeli sesuatu untuk wanita hamil.” Balas kim bum.
“Aku rasa soo jin eonni akan lebih suka jika dibelikan hadiah untuk calon anaknya, baju atau sepatu bayi misalnya?” Pikir so eun.
“Tidak masalah.” Balas kim bum.
-today love is begin-
4 tahun kemudian
So eun tengah memandangi tangan kirinya. Pada jari manisnya sudah tersemat sebuah cincin. So eun tersenyum memandanginya, lalu ia mengambil tangan kiri kim bum. Kim bum yang berbaring di sampingnya ikutan melihat tangan mereka masing-masing. So eun membandingkan tangannya dengan tangan kim bum yang masing-masing sudah tersematkan sebuah cincin.
“Wae? Kau terus saja membanding-bandingkannya.” ujar kim bum. Pasalnya ini bukan yang pertama so eun melakukan hal semacam ini.
“Aku hanya tidak menyangka kita sudah resmi menikah.” Balas so eun.
“Seperti mimpi yah?” tanya kim bum. So eun mengangguk.
Kim bum tersenyum lalu menarik tangan kirinya yang dipegang oleh so eun. Lalu kim bum menopang kepalanya dengan tangan kirinya dan menghadap ke arah so eun.
“Sudah hampir 7 tahun, huh?” Ujar kim bum seraya memperhatikan wajah so eun. Sementara yang diperhatikan tampaknya masih senang melihat cincin pernikahan yang terpasang di jari manisnya.
“Kau yakin tak pernah menyukai wanita lain selain aku selama tujuh tahun ini, bum-ah?” Tanya so eun.
“Jikapun pernah, mana mungkin aku sampai mau menikahimu?” Tanya balik kim bum.
“Hehe benar juga.” So eun tersenyum malu. “Berarti kau sangat mencintaiku yah? Waktu tujuh tahun itu bukanlah waktu yang singkat, banyak masalah yang hilir mudik tapi kau begitu mempertahan aku.” Ujar so eun.
“heeeeh.” Kim bum menghela nafasnya. “Soal aku mencintaimu tak usah lagi dipertanyakan.” Balas kim bum. “Sudah aku bilang beberapa kali sebelumnya kan? Jauh dari sebelum kita menikah, bahwa tidak akan ada laki-laki lain yang menyukaimu selain aku. Jadi bersyukurlah karena aku menginginkanmu.” Balas kim bum.
So eun tersenyum lalu ia menghambur ke atas tubuh kim bum. Pada awalnya kim bum kaget tapi akhirnya ia melingkarkan tangannya di pinggang so eun. So eun memamerkan senyumnya kepada kim bum tapi kim bum hanya menatapnya saja.
SMOOOOCCCHH~~~~ So eun mencium bibir kim bum.
“Aku mencintaimu.” Ujar so eun dengan senyumnya.
“Hehhh.” Senyum di bibir kim bum juga tersungging. Lalu mereka kembali berciuman. Kali ini ciuman yang cukup dalam karena masing-masing dari mereka saling membalas ciumannya, kim bum juga semakin mengeratkan pelukannya.
Ting tong ting tong~
Mendengar suara bel berbunyi, so eun pun melepaskan tautan bibir mereka. Wajah kim bum terlihat kecewa karena bel itu menganggu kemesraan mereka.
“Siapa yang datang malam-malam begini?” Gumam so eun lalu segera bangkit dan turun dari ranjang. “Aku akan melihatnya.” Ujarnya. Sementara itu kim bum hanya bisa mendesah setelah so eun keluar dari kamar.
Sudah 15 menit berlalu tapi so eun tak kunjung juga kembali. “So eun !!!” Teriak kim bum. “Siapa yang datang? Apa sudah selesai? Cepatlah kemari aku sudah ingin tidur !!!” Teriaknya lagi. Tapi tak ada jawaban dari so eun. kim bum pun keluar dari kamarnya. Ia tak melihat so eun sesampainya di ruang tengah, ia juga tak melihatnya di ruang tamu. Kim bum pun bergegas menuju dapur. Disana ia melihat so eun sedang sibuk memasuk-masukkan makanan ke dalam lemari es.
“Memangnya siapa yang datang?” Tanya kim bum. “Ah….” So eun menoleh ke arah kim bum yang berdiri di depan pintu.
“Ada kiriman makanan dari eomma, petugas pengirim makanan yang datang.” Jawab So eun.
“Oh.” Kim bum menganggukkan kepalanya lalu ia berjalan untuk mengambil minum.
“Sudah selesai?” tanya kim bum yang melihat so eun baru saja menutup pintu lemari es.
“Kapan kau akan kembali masuk kerja?” tanya so eun seraya mencuci tangan di wastafel di dekat kim bum sedang berdiri saat ini.
“Lusa.” Jawab kim bum. Melihat so eun yang sudah selesai mencuci tangan, kim bum pun dengan cepat menggendong tubuh so eun.
“Yaaakkk, kau membuatku kaget !” Marah so eun.
“Bukannya kau ingin segera punya anak?” tanya kim bum. “Kita harus berusaha sesering mungkin. Apalagi mengingat lusa aku sudah mulai bekerja dan akan selalu pulang larut malam.” Lanjutnya.
So eun tersenyum malu. “Alasan !” Ujarnya seraya memukul dada kim bum. Kim bum malah tersenyum dan membawa so eun ke dalam kamar.
-today love is begin-
So eun tengah memakan buah mangga sambil menonton acara kesukaannya di ruang tengah. Tiba-tiba bel berbunyi dan so eun segera melihat siapa yang datang lewat intercom. Dan ternyata yang datang adalah ibunya kim bum dan soo jin eonni. So eun pun segera membukakan pintu untuk mereka.
“Wooaaa, kalian tidak memberitahuku jika akan datang.” Ujar so eun.
“Kejutan.” Ujar sang mertua.
“Waaaa, Ji san ternyata sudah besar juga ya?” So eun sedikit menunduk dan mencubit gemas pipi Ji san. Ya, ji san adalah anak pertamanya soo jin dengan suaminya.
“Suamimu tidak ikut datang, eonni?” tanya so eun.
“Ani, dia sedang ada kerja di Busan hari ini, padahal sekarang hari minggu.” Jawabnya.
Mereka pun kini duduk di kursi di ruang tengah.
“Aku akan mengambil minum untuk kalian? Eomma, eonni ingin minum apa?” tanya so eun.
“Ah tidak usah, aku akan mengambilnya sendiri jika ingin.” Jawab soo jin.
“Lagi pula perutmu itu sedang besar so eunnie.” Tambah sang mertua. So eun pun hanya bisa menurut dan ikut duduk bersama mereka. Sementara Ji san sedang memain-mainkan bola yang ia bawa. Yah, ji san baru saja berumur 5 tahun.
“Oh ya dimana kim bummie?” Tanya sang mertua.
“Ah…dia masih tidur.” Jawab so eun.
“Mwo? sudah siang begini dia masih tidur? Suami macam apa dia?” tanya soo jin. So eun hanya terkekeh saja.
“Dia kelelahan karena semalaman tidak tidur.” Ujar so eun. Sang mertua dan soo jin menatap so eun meminta penjelasan.
“Semalaman aku menganggu tidurnya, aku meminta ia membelikan ini dan itu. Tiba-tiba saja aku ingin memakan kue beras yang sangat pedas jam 1 pagi.” Cerita so eun.
“Anak itu menuruti keinginanmu?” tanya soo jin. So eun mengangguk.
“Pada awalnya dia menolak, dia bilang untuk mendapatkan kue beres sepagi itu akan sulit, tapi aku terus merengek dan memaksanya.” Jelas so eun. “tapi pada akhirnya dia menurutinya hehe.”
“Anakku sudah menjadi pria dewasa hihi, sangat menyayangi istrinya kekekekek.” Sang ibu merasa bahagia mengetahui pengakuan dari so eun.
“Bahkan bum-ah sampai berkeliling hampir 2 jam untuk mendapatkan kue beras itu untukku.” Lanjut so eun.
“Woaaah hebat !” Timpal soo jin. “Dia sudah menjadi suami sungguhan haha.” So eun hanya tersenyum malu saja.
“Eomma……ayo main bola, eomma…” Pinta Ji san sambil menarik-narik tangan soo jin.
“Ji san sayang…..eomma sedang mengobrol dengan bibimu, main sendiri saja, ne?” Balas soo jin.
“Tidak asiiiikkk, main sendiri tidak asik eommaaaaa….” Ji san mulai merengek. Soo jin menghela nafasnya.
“Kau ingin bermain bola ji sannie?” tanya so eun lembut. “Kajja, bermain bersama bibi.” So eun menuntun ji san.
“Jangan so eunnie, perutmu sedang besar ! sudah menginjak usia 6 bulan !” cegah sang mertua.
“Aniyo eommonim, aku hanya akan duduk diam dan melemparkan bolanya saja kepada ji san, dan ji san yang menendangnya. Benar kan ji sannie?” ujar so eun.
“Ne….” jawab ji san dengan semangat.
-today love is begin-
Kim bum terbangun dari tidurnya karena suara-suara berisik dari luar kamarnya. Wajahnya terlihat kusut dan rambutnya acak-acakan. Setelah ia tak bisa tidur sehabis mencari kue beras untuk so eun, dan kini ia tertidur sampai siang.
“Kenapa berisik sekali?” Gumamnya lalu bangkit dan keluar dari kamarnya. Ia terlihat masih mengantuk. Di ruang tengah kim bum melihat ada ibunya dan juga soo jin. Ia juga melihat ji san yang sedang bermain dengan so eun.
“Oh, ada kalian disini.” Ujar kim bum dengan suara seraknya. Ia pun menghampiri mereka seraya menggaruk rambutnya yang tak gatal.
“Kau sudah bangun bum-ah?” tanya so eun.
“Hmm…” balas kim bum.
“Kapan kalian kemari?” tanya kim bum pada ibu dan kakaknya itu.
“Baru saja kami tiba.” Jawab sang ibu. Kim bum mengangguk-anggukkan kepalanya lalu ia menguap.
“Kau masih mengantuk?” tanya sang ibu.
“Sedikit.” Jawab kim bum lalu ia menekan-nekan tengkuknya.
“Sebentar lagi akan menjadi calon ayah yah?” goda soo jin seraya tersenyum penuh arti kepada kim bum. kim bum mengangguk. Lalu so eun menghampiri mereka bersama ji san.
“Pamaaaaan….” Teriak ji san yang langsung menghambur ke pelukan kim bum. kim bum langsung memangku ji san.
“Wooaaaa keponakan paman sudah besar ternyata.” Ujar kim bum. So eun duduk di sebelah kim bum.
“Paman…..kapan aku punya teman bermain bola? Aku bosan jika harus bermain sendirian, eomma sangat buruk bermain bola, appa selalu bekerja.” Ujar ji san dengan nada lucunya.
“Sebentar lagi yah, ji san mau menunggunya kan?” tanya kim bum lembut. Ji san mengangguk semangat.
“Nanti ji sannie juga akan segera punya teman bermain.” Ujar so eun seraya mengelus rambut ji san.
“Jinjjayooo?” Tanya ji san senang. So eun mengangguk. Karena merasa sangat senang, ji san pun turun dari pangkuan kim bum dan berlarian mengelilingi meja.
“Yaaa ji san-ah…kau akan jatuh !” ujar soo jin.
“Aku akan punya teman eommaaaaaa…..teman bermain bolaaaaa…” Girang ji san. Semuanya tertawa.
Kim bum tersenyum menatap so eun dan mengelus perutnya.
“Kau tak merasa sakit lagi di perutmu?” Tanya kim bum lembut.
“Untuk sekarang tidak.” Jawab so eun. Kim bum kembali mengelus perut so eun dan kini tangannya merangkul tubuh so eun.
“Aigooo lihatlah, pasangan muda yang akan segera menjadi ayah dan ibu.” Goda soo jin.
“Huaaa eomma sangat tidak sabar untuk segera menimang cucu lagi, cucu dari anak laki-lakiku.” Ujar ibunya kim bum.
“Aku akan menjadi seorang ayah, tanggung jawabku akan bertambah besar.” Ujar kim bum.
“Tentu saja, tanggung jawabmu akan semakin besar, kau yang sudah membuat so eunnie hamil dan so eunni yang akan melahirkan buah cinta kalian.” Ujar soo jin.
“Sejauh ini bum-ah selalu penuh dengan tanggung jawab.” Balas so eun. “Dia juga jadi tambah perhatian, aku sangat senang.”
“Syukurlah kalau begitu, aku senang sekali mendengarnya.” Ujar ibunya kim bum.
“Noona.” Panggil kim bum pada soo jin. “kali ini jangan meremehkanku dan jangan menganggapku sebagai bocah tak berguna lagi.” Ujar kim bum pada soo jin.
“Arasseo….arasseo….” balas soo jin.
“Kau sudah menjadi pria dewasa, aku tahu itu, meskipun di mataku kau tetaplah adik dan bocah menyebalkan.” balas soo jin. Kim bum berdecak, sementara so eun dan ibunya kim bum tersenyum.
“Paman, kalau begitu dimana temanku itu? kapan aku mulai bisa bermain dengan temanku?” tanya ji san polos setelah ia puas bermain.
“Kemarilah !” kim bum menarik halus tangan ji san. “Dia ada disini.” Kim bum mengelus perut so eun.
“Jincha paman?” tanya ji san. Kim bum mengangguk. Ji san ikut memegang perut so eun.
“Di dalam sini benar-benar ada temanku?” tanya ji san polos. Semuanya pun serentak tertawa mendengar pertanyaan lucu dari ji san.
“Karena temanmu ini datangnya masih lama, ji san bermain dengan paman saja, ne?” Ujar kim bum.
“Jinchaaa?” Ji san sangat santusias karena kim bum mau bermain bola dengannya.
“Kajja tendang bolanya !” Suruh kim bum. Kim bum dan ji san pun larut dalam bermain, sementara ke tiga wanta itu-so eun, soo jin, dan ibunya kim bum- sibuk mengobrol soal persiapan persalinan so eun yang tersisa 3 bulan lagi.
Sebenarnya, cinta ini tidak akan pernah berakhir. Kenapa? Karena setiap hari cinta selalu dimulai. Kalimat yang ada hanyalah ‘hari ini, cinta dimulai’ ! Begitu seterusnya cinta akan selalu dimulai dengan kasih sayang dan kebahagiaan. Sehingga tidak ada cinta yang berakhir di antara mereka
The End
Haduuuuh gak kerasa ff ini udah kelar juga. Terimakasih ya sama readers yang sudah baca dan komentar dari awal sampai akhir ff today love is begin ini. Saya sangat berterima kasih kepada kalian yang mau baca ff ini meskipun ff ini jauh dari kata bagus, ceritanya juga konyol gak jelas haha. Duh aku juga berterimakasih kepada Hata ayuko sensei yang sudah membuat komik yang begitu keren menuru saya sampai saya berani bikin versi ff yang di ambil dari komiknya dia. Sampai jumpa di ff berikutnya ya, itupun kalau ada inspirasi untuk bikin ff lagi